Di sela-sela Pameran Pendidikan Australia, Isla menjelaskan, sekitar enam ribu pelajar Indonesia meneruskan studi tingkat sekolah menengah atas hingga universitas di Australia. Dari jumlah itu, IDP membantu setidaknya 1.500 calon mahasiswa dan 200-300 siswa sekolah menengah atas atau SMA mulai dari konseling, memilih institusi, pengurusan visa hingga kebutuhan akomodasi di sana. Ia pun memperkirakan minat masyarakat semakin besar seiring kebutuhan masyarakat lembaga pendidikan yang berkualitas dan kompetitif.
Isla yang juga lulusan Bachelor of Arts with Honors Universitas Sydney itu menambahkan, jika diterima siswa juga akan mendapatkan bimbingan dari lembaga selama menjalani program. Pendampingan itu membantu siswa yang memiliki masalah baik psikis rindu keluarga atau kangen rumah hingga masalah keuangan. Dengan demikian, mereka dapat memfokuskan diri belajar dan orangtua pun tidak terlalu khawatir meski tinggal berjauhan.
Saat ditanya mengenai siswa yang bermasalah ataupun gagal dalam studi, Isla mengungkapkan, jumlahnya masih relatif sedikit kendati ia tidak dapat merinci persentasenya. Meski demikian, ia mengingatkan IDP sejak dini menggembleng mental siswa dengan beberapa tes wawancara, bahasa Inggris IELTS baik IDP maupun lembaga pendidikan Australia secara ketat. Jadi, kecil kemungkinan siswa gagal selama menjalani program studinya.
Charles Tyler, Marketing Manager Universitas Sydney, juga berpendapat serupa. Pihaknya berkomitmen membantu masalah psikologis hingga keuangan siswa dengan berkonsultasi dengan Unit Pendampingan Siswa International atau ISSU. Itu terbukti dengan banyaknya lulusan Universitas Sydney yang berhasil menyelesaikan studi serta berkiprah di masyarakat.
Sementara, Emmanuel Sumarjo lulusan Master of Commerce Universitas South Wales mengaku sempat mengalami home sick. Namun, berkat bimbingan student service tempatnya belajar, ia dapat menyelesaikan studi mulai dari sarjana di Perth hingga program master di Sydney.(ADI/ANS)
Isla yang juga lulusan Bachelor of Arts with Honors Universitas Sydney itu menambahkan, jika diterima siswa juga akan mendapatkan bimbingan dari lembaga selama menjalani program. Pendampingan itu membantu siswa yang memiliki masalah baik psikis rindu keluarga atau kangen rumah hingga masalah keuangan. Dengan demikian, mereka dapat memfokuskan diri belajar dan orangtua pun tidak terlalu khawatir meski tinggal berjauhan.
Saat ditanya mengenai siswa yang bermasalah ataupun gagal dalam studi, Isla mengungkapkan, jumlahnya masih relatif sedikit kendati ia tidak dapat merinci persentasenya. Meski demikian, ia mengingatkan IDP sejak dini menggembleng mental siswa dengan beberapa tes wawancara, bahasa Inggris IELTS baik IDP maupun lembaga pendidikan Australia secara ketat. Jadi, kecil kemungkinan siswa gagal selama menjalani program studinya.
Charles Tyler, Marketing Manager Universitas Sydney, juga berpendapat serupa. Pihaknya berkomitmen membantu masalah psikologis hingga keuangan siswa dengan berkonsultasi dengan Unit Pendampingan Siswa International atau ISSU. Itu terbukti dengan banyaknya lulusan Universitas Sydney yang berhasil menyelesaikan studi serta berkiprah di masyarakat.
Sementara, Emmanuel Sumarjo lulusan Master of Commerce Universitas South Wales mengaku sempat mengalami home sick. Namun, berkat bimbingan student service tempatnya belajar, ia dapat menyelesaikan studi mulai dari sarjana di Perth hingga program master di Sydney.(ADI/ANS)