"Jika siswanya sangat sedikit, diusulkan agar dimerger atau digabung dengan sekolah lain. Tetapi, kewenangan itu milik pemerintah kabupaten/kota," kata Nuh dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (20/5).
Nuh memaparkan, ada 147 siswa SMA/MA di lima sekolah yang kelulusannya nol persen. Kelima sekolah itu adalah SMA Abadi di Jakarta Utara (7 siswa), SMAN 3 di Kabupaten Semeulue, Nanggroe Aceh Darussalam (26 siswa), MA Nurul Ikhlas Kabupaten Tanjung Jabung, Jambi (2 siswa), SMA LKMD Kian Darat Kabupaten Seram Timur Maluku (48 siswa), dan SMAN Urei Fasei Kabupaten Waropen, Papua (64 siswa).
Upaya penguatan sekolah, lanjut Nuh, dilakukan dari sisi guru dan fasilitasnya. Untuk sekolah yang kekurangan guru, maka akan ditambah jumlahnya. Selain itu, kualifikasinya dinaikkan dan dilakukan sertifikasi. Dari sisi fasilitas akan diberi laboratorium dan perpustakaan.
"Lewat hasil UN, kita tahu persis mana sekolah-sekolah yang relatif bagus dan mana yang harus diberikan perhatian secara khusus," ujar Nuh meminta pada daerah untuk tidak melakukan penutupan sekolah yang kelulusannya nol persen tersebut.
Mendiknas menambahkan, pada 2010, pemerintah telah melakukan intervensi baik pendanaan maupun pembinaan terhadap sekolah-sekolah di 100 kabupaten/kota yang nilai UN-nya sangat rendah.
Berdasarkan hasil analisis dari 100 kabupaten/kota, diketahui ada kenaikan rerata nilai dan persentase kelulusan. Rerata nilai UN murni SMA naik dari 6,16 menjadi 6,78, sedangkan rerata nilai UN murni SMK naik dari 5,94 menjadi 6,14.
Adapun persentase kelulusan berdasarkan nilai UN murni untuk jenjang SMA naik dari 62,55 persen menjadi 76,99 persen. Untuk jenjang SMK naik dari 58,2 persen menjadi 73,78 persen.
Terkait hasil UN, pengajaran bahasa Indonesia dan matematika di sekolah tampaknya harus direvisi ulang, karena hingga kini kedua mata pelajaran tersebut masih menjadi faktor utama ketidaklulusan siswa dalam Ujian Nasional (UN).
Mohammad Nuh memaparkan, ketidaklulusan siswa SMA/MA/SMK dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pada UN 2011 sebanyak 38,4 persen dari total 11.443 siswa yang tak lulus. Penyebab tertinggi ketidaklulusan siswa masih pada mata pelajaran matematika, yaitu 51,44 persen.
"Sedangkan mata pelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing justru siswa meraih nilai bagus. Hanya 3,2 persen siswa yang tak lulus UN karena mata pelajaran bahasa Inggris," kata Nuh menegaskan. (Tri Wahyuni)