Jakarta - Jakarta Monitoring Network (JMN) menggelar
diskusi untuk meningkatkan minat baca siswa siswi di DKI Jakarta. Hadir
perwakilan dari PGRI DKI Jakarta, Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Bidang
Pembinaan Badan Perpustakaan Arsip Daerah, dan pengamat pendidikan.
Diskusi bertempat di Hall Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (22/1/2015). Wakil Ketua PGRI DKI Jakarta Ahmad Mumkin menyatakan, televisi sebagai media hiburan justru bisa menurunkan minat siswa untuk membaca.
"Televisi sebagai media hiburan sangat mengganggu terhadap minat baca para siswa. Ini sangat memprihatinkan. Sebelum ada televisi para siswa lebih banyak membaca," ujar Ahmad.
Menurut Ahmad, minat baca siswa terhadap karya sastra kalah oleh minat akan menonton televisi. Penyebab lain yang bisa menurunkan minat baca adalah tempat-tempat hiburan.
"Tempat-tempat hiburan sekarang kurang kreatif. Kemarin saya kunjungan ke Taiwan, anak-anak sekolahnya enak saja membaca, duduk-duduk di lantai, karena memang lantainya bersih. Anak-anak sekolah sibuk dengan kegiatan masing-masing, khususnya membaca," tutur Ahmad.
"Sekarang inikan seolah-olah buku terasa mahal. Walau mereka mendapat KJP (Kartu Jakarta Pintar) tapi jarang yang dibelikan buku. Di Taiwan saja dari mulai di bawah TK, mereka sambil tiduran di ruang perpustakaan dengan santai saja membaca," imbuhnya.
Pernyataan Ketua PGRI DKI Jakarta Ahmad Mumkin itu diamini Wakil Kepala Dinas Pendidikan Pemprov DKI Jakarta, Sopan Adrianto. Menurutnya, selain menonton televisi, para siswa sekarang makin sibuk dengan gadget-nya.
"Sekarang siswa lebih tertarik menonton TV. Kemudian gadget kayak HP (handphone). BBM (Blackberry Messenger) saja, seperti temannya jauh, tapi didekatkan. Satu meja saja bisa nggak saling bicara karena asik BBM-an dengan teman yang jauh," kata Sopan, di tempat yang sama.
Diskusi bertempat di Hall Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (22/1/2015). Wakil Ketua PGRI DKI Jakarta Ahmad Mumkin menyatakan, televisi sebagai media hiburan justru bisa menurunkan minat siswa untuk membaca.
"Televisi sebagai media hiburan sangat mengganggu terhadap minat baca para siswa. Ini sangat memprihatinkan. Sebelum ada televisi para siswa lebih banyak membaca," ujar Ahmad.
Menurut Ahmad, minat baca siswa terhadap karya sastra kalah oleh minat akan menonton televisi. Penyebab lain yang bisa menurunkan minat baca adalah tempat-tempat hiburan.
"Tempat-tempat hiburan sekarang kurang kreatif. Kemarin saya kunjungan ke Taiwan, anak-anak sekolahnya enak saja membaca, duduk-duduk di lantai, karena memang lantainya bersih. Anak-anak sekolah sibuk dengan kegiatan masing-masing, khususnya membaca," tutur Ahmad.
"Sekarang inikan seolah-olah buku terasa mahal. Walau mereka mendapat KJP (Kartu Jakarta Pintar) tapi jarang yang dibelikan buku. Di Taiwan saja dari mulai di bawah TK, mereka sambil tiduran di ruang perpustakaan dengan santai saja membaca," imbuhnya.
Pernyataan Ketua PGRI DKI Jakarta Ahmad Mumkin itu diamini Wakil Kepala Dinas Pendidikan Pemprov DKI Jakarta, Sopan Adrianto. Menurutnya, selain menonton televisi, para siswa sekarang makin sibuk dengan gadget-nya.
"Sekarang siswa lebih tertarik menonton TV. Kemudian gadget kayak HP (handphone). BBM (Blackberry Messenger) saja, seperti temannya jauh, tapi didekatkan. Satu meja saja bisa nggak saling bicara karena asik BBM-an dengan teman yang jauh," kata Sopan, di tempat yang sama.