Rachman mengatakan, sebagai siswa miskin, Fitri bisa mendapatkan bantuan seragam dari sekolah. Oleh karena itu, ia mengungkapkan, seluruh guru diminta untuk melakukan pendataan siswa keluarga miskin dengan cermat.
"Jelas tidak mudah kalau harus memantau ratusan siswa. Namun, kami sudah minta seluruh guru mendata setiap siswa kurang mampu,” kata Rachman, Kamis (15/9/2011).
Menurutnya, terkadang siswa juga enggan jujur untuk menjelaskan kondisi keluarganya.
“Ini kadang kendalanya. Tapi tetap saya minta, seluruh guru proaktif. Kami menyediakan bantuan setiap jenjang kelas sekitar Rp 15 juta untuk membantu seragam siswa gakin,” lanjut Rachman.
Saat naik dari kelas satu, Fitri diminta membeli seragam baru. Karena tak mampu, siswa miskin ini tak mengenakan seragam baru saat upacara sekolah. Badge atau tanda lokasi pada lengan seragam masih badge lama, yang tertulis "kelas satu". Tanda ini sebagai pembeda jenjang kelas. Karena ketahuan gurunya, anak penarik becak ini dijemur bersama belasan siswa lain.
Sebelumnya, Fitri mengaku sudah mencoba menjelaskan kepada pihak sekolah saat kenaikan kelas bahwa orangtuanya belum mampu membelikan seragam lengkap. Tetapi, penjelasannya itu tidak dipedulikan, hingga akhirnya ia dihukum saat upacara berlangsung.
Sementara itu, hingga saat ini, baik pihak sekolah maupun pihak Dinas Pendidikan Surabaya belum bisa dikonfirmasi lebih jauh mengenai aturan baku seragam sekolah tersebut.
“Sebaiknya ke Kepala Dinas saja,” ujar Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Surabaya, Eko Setyaningsih.
sumber: surya