Banyaknya persoalan yang dihadapi pasangan Indonesia setelah menikah mulai mendapat perhatian lebih pemerintah. Selain dapat berdampak pada pola pikir dan kecenderungan sosial di lingkungan sekitar, tingginya angka kawin cerai yang terjadi dikhawatirkan semakin memperburuk citra negatif yang saat ini timbul bagi generasi muda Indonesia.
Ke depan, pemerintah melalui Kementerian Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) akan menggulirkan dibangunnya pendidikan pra-nikah bagi siapapun yang akan menikah di Indonesia. Menurut Deputi IV bidang pendidikan dan agama, Kemen Kokesra, Agus Sartono, di sejumlah negara maju, pendidikan pra-nikah tersebut sudah lama diterapkan sebagai satu bagian tak terpisahkan dari proses perkawinan.
"Kami ke depan akan bangun pendidikan pra-nikah. Pernikahan ini harusnya menjadi sesuatu yang sakral. Ini dapat disampaikan melalui pendidikan dan pemahaman bagi mereka yang hendak menikah melalui pendidikan tersebut. Ini juga sebagai jawaban menanggapi hal-hal yang sekarang terjadi," ujarnya, Jumat (10/12/2010) di Jakarta.
Ide tersebut, menurutnya muncul lantaran banyaknya persoalan remaja dan keluarga usia muda yang bermasalah. Tak hanya itu, tingginya kasus pelecehan seksual, angka ketidakperawanan perempuan yang makin tinggi hingga jumlah kasus pemerkosaan mengindikasikan makin merosotnya moral bangsa.
"Ini tanggungjawab kita semua. Pembangunan pendidikan karakter bangsa harus dimulai dari banyak sektor termasuk dalam hal membangun keluarga. Hal seperti itu yang akan kita tanamkan," ujarnya.(*)